Aceh Besar — Kondisi memilukan yang dialami Amri, seorang nelayan di Ujong Pancu, Peukan Bada, mengetuk nurani Anggota DPRA, Munawar AR—yang akrab disapa Ngohwan. Legislator muda itu mengaku terkejut sekaligus terenyuh setelah mengetahui kehidupan Amri dan keluarga kecilnya yang tinggal di rumah reyot serta berjuang keras menyekolahkan anak-anak mereka di tengah keterbatasan ekonomi.
Keluarga Amri menghuni sebuah bangunan sederhana yang jauh dari kata layak. Dindingnya terbuat dari papan lapuk, sebagian berlubang dan hanya disangga oleh anyaman rotan tua. Di beberapa sisi, atap seng yang telah berkarat bocor sehingga air hujan kerap membasahi ruangan. Di tempat yang serba kekurangan itulah Amri, istrinya, dan empat anaknya bertahan hidup.
Tekanan ekonomi membuat keadaan kian berat. Dua anak Amri terpaksa berhenti sekolah, meski sang ayah setiap hari melaut demi mencari nafkah. Namun hasil tangkapan yang tak menentu tidak cukup untuk membiayai pendidikan dan kebutuhan hidup lainnya.
“Hari ini Presiden sudah meluncurkan program Sekolah Rakyat, tetapi masih ada anak yang putus sekolah,” ujar Ngohwan dengan nada kecewa saat dihubungi media, Kamis (13/11/2025).
Ngohwan mengaku baru mengetahui kondisi menyayat hati itu setelah membaca laporan berjudul “Kisah Pilu Nelayan di Peukan Bada: Hidup di Gubuk Reot, Anak-anak Putus Sekolah” yang tayang pada hari yang sama. Ia menyayangkan kenyataan bahwa masih ada keluarga di Aceh yang terabaikan, padahal pemerintah pusat telah mencanangkan program pendidikan gratis bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.
Menurutnya, informasi seperti ini seharusnya segera ditindaklanjuti pemerintah daerah agar penanganan dapat dilakukan cepat dan tepat sasaran.
“Kita anggap saja selama ini persoalan ini belum diketahui pemerintah. Tapi setelah ada pemberitaan, saya sangat berharap anak-anak Pak Amri bisa segera masuk Sekolah Rakyat dan keluarga ini mendapat tempat tinggal yang lebih layak,” harapnya.
Politikus PKB itu menegaskan bahwa Sekolah Rakyat memang dirancang untuk menjamin pendidikan gratis bagi anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah. Sebagai program prioritas Presiden Prabowo Subianto, Sekolah Rakyat diharapkan menjadi solusi nyata untuk menekan angka putus sekolah serta memastikan akses pendidikan yang merata di seluruh Indonesia.
Kisah keluarga Amri mencerminkan betapa kerasnya tekanan ekonomi yang dapat merampas masa depan generasi muda. Anak pertamanya kini tidak lagi bersekolah dan terpaksa bekerja pada orang lain. Anak kedua, Sriwahyuni (16), gagal melanjutkan pendidikan ke SMA karena terhalang biaya SPP dan kebutuhan perlengkapan belajar.
Cerita ini semakin membuka mata publik bahwa masih banyak keluarga di Aceh yang terperangkap dalam lingkaran kemiskinan. Mereka membutuhkan uluran tangan dan perhatian serius dari pemerintah agar anak-anak mereka tidak kehilangan kesempatan menggapai masa depan yang lebih baik. (**)
Editor : Ayah Mul












