Ketegasan Mualem di Saat Rakyat Sudah Ketergantungan Tambang

- Jurnalis

Jumat, 3 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Rafly Kande

Konflik tambang emas di Aceh kembali membuka luka lama: relasi yang renggang antara negara dan rakyatnya. Di satu sisi, Gubernur Muzakir Manaf mengambil langkah tegas dengan membentuk tim khusus untuk menertibkan tambang emas ilegal. Alasannya jelas—hukum harus ditegakkan dan lingkungan harus diselamatkan. Negara ingin memastikan aktivitas tanpa izin dihentikan, terutama yang menggunakan alat berat. Dari sudut pandang pemerintah, tambang ilegal adalah ancaman bagi alam dan tata kelola sumber daya.

Namun di lapangan, cerita punya wajah lain. Puluhan warga di Pante Ceureumen, mayoritas ibu-ibu, menolak keras penutupan tambang. Bagi mereka, mendulang emas bukan sekadar pekerjaan, melainkan jalan hidup. Dari hasil itulah dapur tetap berasap, anak-anak bisa bersekolah, bahkan ada yang membiayai pendidikan ke pesantren. Satu unit beko yang dianggap negara sebagai “alat perusak”, justru dipandang warga sebagai “sekop besar” yang membantu mereka bertahan. Apa yang oleh negara disebut ancaman, oleh rakyat justru disebut penyelamat.

Baca Juga Artikel Beritanya :  Kebangkitan Ekonomi Islam di Negara Muslim: Iman, Berkah dan Mulia

Tambang emas di pedalaman Aceh tumbuh dari keterbatasan. Kesempatan kerja formal sulit didapat, infrastruktur minim, pilihan usaha terbatas. Tambang menjadi ruang ekonomi terakhir bagi banyak keluarga, meski di mata hukum statusnya ilegal. Lebih jauh, tak sedikit penambang berasal dari kalangan mantan kombatan. Bagi mereka, tambang adalah simbol bertahan hidup setelah damai. Karena itu, kebijakan penutupan mendadak terasa bagai pengkhianatan terhadap janji-janji pasca-konflik.

Di tengah pusaran ini, alat berat berubah menjadi simbol perebutan makna. Pemerintah melihatnya sebagai tanda industrialisasi liar yang merusak hutan dan sungai. Rakyat melihatnya sebagai alat produktivitas yang mempercepat kerja. Pertarungan tafsir ini memperlihatkan jarak besar antara logika hukum birokrasi dan logika kebutuhan rakyat kecil.

Masalah semakin rumit karena isu tambang di Aceh jarang murni soal hukum. Ia sering dibayangi dugaan setoran, perlindungan oknum, hingga permainan pemodal besar. Tak heran jika rakyat curiga: apakah penertiban benar-benar demi kelestarian lingkungan, atau sekadar membuka ruang bagi kekuatan ekonomi lain yang lebih berduit?

Baca Juga Artikel Beritanya :  Gubernur Aceh Muzakir Manaf Terima Penghargaan dari Kementerian Perumahan dan Kawasan Pemukiman

Semua ini memperlihatkan bahwa konflik tambang di Aceh bukan sekadar legal versus ilegal. Ia adalah benturan antara negara yang menegakkan aturan dengan rakyat yang memperjuangkan perut. Jika dibiarkan, ada dua risiko yang sama-sama berbahaya: rakyat bisa marah dan melawan, atau lingkungan terus rusak dan hukum kehilangan wibawa.

Baca Juga Artikel Beritanya :  Etika Jurnalisme di Ujung Tanduk: Ketika Sesama Wartawan Saling Serang

Pada akhirnya, tambang emas adalah cermin rapuhnya relasi negara dan rakyat dalam mengelola warisan damai Aceh. Ketegasan Mualem diuji di titik ini: apakah ia sekadar menjadi perpanjangan tangan negara yang menutup pintu, atau pemimpin yang mampu menjembatani jarak, menjaga hukum tanpa mengorbankan harapan rakyat kecil.

Editor : Redaksi

Berita Terkait

Kasih Sayang Rakyat Aceh kepada Mualem: Dukungan dan Kritik untuk Pemimpin Aceh
Qanun Tambang Rakyat Aceh: Solusi Ekonomi atau Ancaman Bencana Lingkungan?
Tambang Rakyat Aceh: Legalitas & Tata Kelola Masa Depan
Mereka, Seperti Dahulu
Pendidikan Aceh Tercoreng Nepotisme dan Jual Beli Jabatan
Solusi Persinggungan  Hukum Terkait Penguasaan Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Tambang Dan Migas Aceh
Naik Gunung Menjadi Penyuluh: Menolak Narasi ‘Turun Derajat’
Akankah Kabupaten Aceh Raya Terwujud di Bawah Kepemimpinan Abdurrahman Ahmad?
Berita ini 49 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 3 Oktober 2025 - 14:22 WIB

Ketegasan Mualem di Saat Rakyat Sudah Ketergantungan Tambang

Rabu, 1 Oktober 2025 - 11:15 WIB

Kasih Sayang Rakyat Aceh kepada Mualem: Dukungan dan Kritik untuk Pemimpin Aceh

Senin, 29 September 2025 - 12:04 WIB

Qanun Tambang Rakyat Aceh: Solusi Ekonomi atau Ancaman Bencana Lingkungan?

Sabtu, 27 September 2025 - 11:04 WIB

Tambang Rakyat Aceh: Legalitas & Tata Kelola Masa Depan

Sabtu, 20 September 2025 - 22:25 WIB

Mereka, Seperti Dahulu

Berita Terbaru

Polisi mengamankan pelaku pembunuhan di Bombana beserta barang bukti parang yang digunakan. [ Photo: Net]

Hukum & Kriminal

Tragis! Suami Bunuh Istri di Bombana Usai Cekcok Soal Makanan

Minggu, 5 Okt 2025 - 23:31 WIB