- Oleh Sasmi Fadli
ACEH – Durian kembali mencuri perhatian publik, bukan sekadar karena aromanya yang kontroversial, tetapi berkat paparan ilmiah terbaru dari Dokter Dito Anurogo, akademisi dan peneliti molekuler yang menempatkan durian sebagai buah penuh filosofi, nutrisi, sekaligus potensi terapi.
Jejak Sejarah dan Filosofi Sang Raja Buah
Durian (Durio zibethinus) bukan pendatang baru di Nusantara. Catatan kuno abad ke-8, relief Candi Borobudur, hingga prasasti lama menunjukkan bahwa durian pernah menjadi hidangan istana dan simbol kemakmuran.
Alfred Russel Wallace, naturalis penemu teori evolusi bersama Darwin, bahkan menjulukinya “Raja Buah”. Kulitnya keras dan berduri, dagingnya lembut dan manis—seolah mengajarkan filosofi keseimbangan hidup. Dalam budaya Indonesia, durian kerap menjadi ikon kebersamaan: buah yang disantap ramai-ramai, bukan sendirian.
Kandungan Nutrisi yang Mengejutkan
Di balik aromanya yang sering memecah opini, durian menyimpan nilai gizi yang tak main-main. Dalam 100 gram daging durian terkandung sekitar 153 kkal, serat, serta mineral penting seperti Kalium (601 mg) dan Vitamin C (53 mg).
Durian juga mengandung triptofan, asam amino yang berperan dalam produksi serotonin—hormon yang membantu rasa bahagia dan kantuk. Polifenolnya bahkan disebut 15 kali lebih kuat dibanding alpukat dalam aktivitas antioksidan.
Manfaat Terapi: Dari Pencernaan sampai Mood Booster
Menurut Dokter Dito, durian bukan hanya makanan, tetapi bisa menjadi pintu masuk “terapi rasa”. Beberapa manfaat yang disorotnya:
• Mendukung pencernaan berkat kandungan serat
• Menjaga kesehatan jantung dengan bantuan Kalium dan Magnesium
• Meningkatkan imunitas melalui Vitamin C
• Membantu mengatasi insomnia karena triptofan
• Berpotensi sebagai afrodisiak alami (Vitamin B6 & Kalium)
Meskipun begitu, durian tetap bukan superhero tanpa batas. Ada dosis dan aturan main yang patut diperhatikan.
Dosis Aman, Pantangan Serius
Untuk orang sehat, konsumsi 1–2 biji per hari (sekitar 100–200 gram) dianggap aman. Mereka yang memiliki diabetes atau hipertensi sebaiknya membatasi konsumsi.
Satu larangan tegas yang perlu dicatat:
durian tidak boleh dikonsumsi bersama alkohol.
Kombinasinya bisa menghambat metabolisme alkohol dan memicu gejala seperti mual, muntah, hingga jantung berdebar.
Biji durian mentah juga beracun, sementara konsumsi berlebihan dapat meningkatkan kadar gula darah.
Potensi Kuliner dan Masa Depan Durian
Durian selama ini dikenal lewat beragam olahan seperti tempoyak, es krim, dodol, hingga minuman. Namun penelitian terbaru membuka pintu lebih luas: durian berpotensi memiliki efek antikanker berkat senyawa asam maslinat, dan ekstraknya mulai diteliti sebagai bahan suplemen antipenuaan.
Beberapa studi memproyeksikan durian sebagai “emas hijau” Indonesia di pasar global, terutama sebagai komoditas pangan fungsional.
Durian bukan hanya bagian dari budaya dan kuliner Indonesia, tetapi juga kandidat kuat sebagai sumber nutrisi dan terapi berbasis alam. Dengan penelitian yang terus berkembang, durian kian layak disebut sebagai buah yang tidak hanya menggugah selera, tetapi juga memperluas wawasan kesehatan.
Paragraf penutup ini membuat pembaca dapat melihat durian bukan hanya dalam bingkai rasa, tetapi juga dalam bingkai ilmu.
Editor : Ayah Mul












