Banda Aceh – Krisis listrik di sejumlah wilayah Aceh telah berlangsung lebih dari 15 hari. Warga melaporkan listrik hanya menyala beberapa hari, bahkan beberapa daerah mengalami pemadaman total hingga 6–7 hari berturut-turut. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran dan kekecewaan masyarakat terhadap PT PLN (Persero), perusahaan negara yang bertanggung jawab menyediakan listrik bagi rakyat.
Pemadaman berkepanjangan ini tidak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga berdampak pada aktivitas ekonomi, pendidikan, layanan kesehatan, serta usaha kecil. Situasi ini terjadi di tengah sorotan publik terkait besarnya gaji dan tunjangan pegawai PLN pada tahun 2025, yang dinilai tinggi dibanding kualitas pelayanan di lapangan.
Rakyat Mengeluh, PLN Dinilai Perlu Tindakan
Keluhan warga terus membanjiri media sosial dan forum publik. Banyak masyarakat Aceh menilai PLN lamban dan kurang transparan dalam menangani krisis listrik.
“Listrik hidup dua hari, lalu mati hampir seminggu. Usaha kami hancur, makanan rusak, anak-anak belajar terganggu. Tapi PLN seolah diam,”
— Warga Banda Aceh
Di daerah pedalaman, dampaknya lebih parah. Listrik yang tidak stabil menghambat operasional fasilitas kesehatan, sementara pelaku UMKM harus menutup usaha karena biaya genset yang tinggi.
Gaji Pegawai PLN 2025: Tinggi, Tapi Pelayanan Belum Optimal
Beredarnya rincian gaji pegawai PLN 2025 memunculkan pertanyaan publik. Gaji pegawai bervariasi sesuai jabatan, grade, masa kerja, dan lokasi. Contoh beberapa posisi:
Deputy Manager: Rp13 juta – Rp18,5 juta
Area Manager: Rp13 juta – Rp16 juta
IT Auditor: Rp12 juta – Rp16 juta
Manager: Rp8,5 juta – Rp30 juta
Engineering IT: Rp11 juta – Rp15 juta
Supervisor Keuangan: Rp9 juta – Rp15 juta
Legal Officer & System Analyst: Rp9 juta – Rp12 juta
Posisi manajerial tinggi:
Manajer Unit: Rp15 juta – Rp25 juta
Vice President: Rp35 juta – Rp45 juta
General Manager / Executive: Rp50 juta – Rp60 juta
Direktur / Direksi: Rp100 juta – Rp150 juta per bulan
Sistem Grade 1–16: Gaji Meningkat, Tanggung Jawab Semestinya Lebih Besar
PLN menerapkan sistem grade jabatan 1–16:
Grade 1: Rp1,8 juta
Grade 5: Rp3,4 juta
Grade 8: Rp6 juta
Grade 10: Rp8,6 juta
Grade 12: Rp12,5 juta
Grade 14: Rp23,25 juta
Grade 16: Rp39 juta
Belum termasuk tunjangan kinerja, keluarga, transportasi, asuransi kesehatan, rumah dinas, dan bonus tahunan 2–4 kali gaji bulanan.
Fresh Graduate dan Teknisi: Tetap Sejahtera, Rakyat Tetap Gelap
Gaji awal pegawai baru: Rp4,5 juta – Rp6,5 juta/bulan
Gaji teknisi listrik: Rp5 juta – Rp8,5 juta, ditambah tunjangan lokasi dan operasional
Meskipun gaji tinggi, masyarakat Aceh tetap menghadapi ketidakpastian pasokan listrik.
Krisis Listrik Aceh: Teknis atau Manajerial?
Publik menilai krisis listrik Aceh bukan sekadar persoalan teknis, tetapi juga menunjukkan tantangan manajemen. Dengan anggaran besar dan status sebagai BUMN strategis, PLN dituntut bertanggung jawab.
“Kalau gaji besar tapi listrik mati terus, itu bukan profesionalisme, itu pemborosan uang negara,”
— Aktivis mahasiswa Aceh
Tuntutan Transparansi dan Tanggung Jawab
Masyarakat Aceh mendesak PLN untuk:
1. Membuka secara transparan penyebab krisis listrik
2. Menyampaikan jadwal pemadaman yang pasti
3. Memberikan kompensasi bagi pelanggan terdampak
4. Mengevaluasi kinerja pimpinan wilayah PLN Aceh
Listrik merupakan hak dasar rakyat. Ketika hak itu terganggu oleh sistem yang tidak bekerja optimal, kemarahan publik menjadi wajar.
Krisis listrik di Aceh menyoroti ketimpangan antara kesejahteraan pegawai PLN dan kualitas pelayanan. Di saat masyarakat hidup dalam gelap, angka gaji fantastis justru memicu sorotan publik. Kini, keputusan ada di tangan PLN: menutup mata atau mendengar jeritan rakyat Aceh yang sudah terlalu lama bersabar. []
Editor : Ayah Mul












