ACEH – Jaringan Aspirasi Rakyat Aceh (JARA) mendesak pemerintah pusat untuk segera membuka jalur resmi bantuan internasional guna mempercepat penanganan darurat banjir yang melanda sejumlah wilayah di Aceh.
Desakan ini muncul karena kondisi lapangan semakin kritis akibat keterbatasan logistik dan sulitnya akses transportasi menuju daerah terdampak. Ribuan warga masih terisolasi, banyak jalur transportasi terputus, dan sejumlah fasilitas vital mengalami kerusakan parah.
Juru Bicara JARA, Rizki Maulizar, menekankan bahwa percepatan birokrasi sangat penting agar bantuan dari luar negeri, baik berupa logistik maupun dukungan operasional, dapat segera diterima masyarakat yang masih terisolir.
“Kondisi banjir Aceh sudah berada di titik kritis. Kerusakan kali ini lebih merata dibanding tsunami Aceh dan Sri Lanka 2006,” ujar Rizki Maulizar, menyoroti besarnya dampak bencana ini terhadap berbagai sektor.
Menurut Rizki, setiap hari keterlambatan distribusi logistik berakibat langsung pada kebutuhan dasar masyarakat, termasuk pangan, obat-obatan, dan air bersih. Hal ini membuat intervensi cepat dari pemerintah pusat menjadi sangat krusial.
Kerusakan Infrastruktur dan Layanan Dasar Lumpuh
Banjir besar yang terjadi di Aceh beberapa hari terakhir telah melumpuhkan berbagai sektor pelayanan dasar. Jalan nasional putus, jembatan rusak, dan ribuan keluarga masih terisolasi. Beberapa rumah warga terendam, dan fasilitas umum seperti sekolah dan puskesmas tidak bisa beroperasi normal.
Selain itu, jaringan listrik dan telekomunikasi belum pulih sepenuhnya, sehingga distribusi bantuan kerap tertunda. Banyak wilayah hanya bisa dijangkau menggunakan perahu, sementara transportasi darat masih sangat terbatas.
“Situasi ini semakin diperparah dengan minimnya pasokan listrik. Meski ada layanan internet melalui Starlink di beberapa titik, perangkat komunikasi tetap membutuhkan daya, dan ketika baterai habis, koneksi kembali terputus,” jelas Rizki.
Menanggapi situasi kritis tersebut, JARA menegaskan perlunya dukungan pemerintah pusat berupa percepatan izin masuk bantuan internasional. Hal ini mencakup pesawat pengangkut logistik, lembaga kemanusiaan global, dan akses cepat ke bandara atau pelabuhan.
Pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa keberadaan angkutan udara internasional mampu mempercepat distribusi logistik secara signifikan, terutama untuk daerah yang sulit dijangkau.
Rizki juga menekankan, “Proses administrasi di bandara, pelabuhan, dan titik masuk lainnya harus disederhanakan tanpa mengabaikan standar keselamatan, sehingga respons kemanusiaan dapat berlangsung lebih cepat dan tepat sasaran.”
Dengan adanya percepatan izin ini, JARA berharap bantuan logistik, medis, dan dukungan operasional dapat menjangkau masyarakat terdampak secara cepat, meminimalisir risiko kemanusiaan, dan mempercepat pemulihan pasca-bencana.
Editor : Redaksi












