Banda Aceh – Fenomena pengibaran bendera putih di sejumlah wilayah Aceh dalam beberapa hari terakhir menyita perhatian publik. Aksi tersebut ramai terlihat di sepanjang jalan lintas nasional Banda Aceh–Medan dan memunculkan beragam spekulasi, mulai dari simbol keputusasaan warga hingga dugaan adanya pesan politik tertentu di tengah kondisi bencana alam yang melanda Tanah Rencong.
Menanggapi isu yang berkembang luas itu, Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau yang akrab disapa Mualem, mengaku belum mengetahui secara pasti maksud maupun latar belakang pengibaran bendera putih tersebut. Ia menegaskan tidak pernah menerima laporan resmi dari jajaran pemerintah daerah terkait aksi yang kini menjadi perbincangan publik tersebut.
“Saya tidak terkopi itu. Apa maksud mereka? Yang itu di luar jangkauan kita,” ujar Mualem saat ditemui usai menerima bantuan kemanusiaan dari Menteri Sosial Saifullah Yusuf di Kantor Gubernur Aceh, Selasa (16/12/2025).
Mualem juga menyatakan dirinya tidak mengetahui siapa pihak yang menginisiasi pemasangan bendera putih di sejumlah titik. Menurutnya, aksi tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan kebijakan maupun instruksi dari Pemerintah Aceh.
“Siapa yang perintah itu, apa maksudnya itu?” ucapnya singkat, menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak terlibat dalam fenomena tersebut.
Di tengah munculnya berbagai tafsir, Mualem menekankan bahwa posisi Aceh tetap jelas dan tidak berubah sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ia memastikan tidak ada pesan politik apa pun di balik sikap pemerintah daerah terkait peristiwa tersebut.
“Kita sudah jelas, kan Aceh dalam NKRI,” tegasnya.
Berdasarkan pantauan di lapangan, bendera putih terlihat berkibar di beberapa lokasi strategis di jalur nasional Banda Aceh–Medan. Titik-titik tersebut antara lain berada di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Timur, dan Aceh Utara. Keberadaan bendera putih di ruang publik itu memicu perhatian pengguna jalan dan menjadi viral di media sosial.
Sejumlah warga yang ditemui menyebut bahwa pengibaran bendera putih merupakan bentuk ekspresi keputusasaan masyarakat yang berulang kali terdampak bencana banjir bandang. Mereka mengaku sudah kelelahan menghadapi musibah yang terus datang tanpa kepastian solusi jangka panjang.
“Kami sekarang menyerah dan tak sanggup lagi. Kami butuh bantuan,” ujar Bakhtiar, warga Perlak, Kabupaten Aceh Timur.
Warga berharap aksi simbolik tersebut dapat mengetuk perhatian semua pihak, baik pemerintah daerah maupun pusat, agar penanganan bencana tidak hanya bersifat darurat, tetapi juga menyentuh upaya pencegahan dan pemulihan yang berkelanjutan. Di tengah kondisi sulit yang mereka alami, masyarakat menanti kehadiran negara untuk memberikan solusi nyata atas bencana yang terus berulang.(**)
Editor : Ayah Mul












