Negara di Persimpangan: “Saat Presiden Takut Bertindak, Rakyat yang Tersandung”

- Jurnalis

Selasa, 14 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penulis: Sri Radjasa, M.BA (Pemerhati Intelijen)

Gelombang keresahan kini mengalir deras di tengah masyarakat. Satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto justru diwarnai kegamangan dalam pengambilan keputusan strategis. Di saat bangsa membutuhkan kepemimpinan yang tegas, arah kebijakan negara tampak tersandera kompromi politik. Indonesia seakan berdiri di persimpangan, yakni antara keberanian untuk berubah atau terus berjalan di jalur kelumpuhan birokrasi dan ketakutan politik.

Padahal, tanda-tanda darurat sudah jelas di depan mata. Harga pangan melonjak, investasi mandek, hukum kehilangan wibawa, dan masyarakat kecil semakin terhimpit oleh beban hidup. Sementara itu, kekuasaan negara terlihat kehilangan sense of crisis, kepekaan terhadap ancaman yang tengah menggerogoti fondasi kehidupan berbangsa. Pemerintah seperti berjalan tanpa arah, sibuk menata keseimbangan politik sementara rakyat berjuang sendirian di tengah badai.

Baca Juga Artikel Beritanya :  Kasus Keracunan MBG, Presiden Prabowo Turun Tangan

Presiden sebagai pemegang kekuasaan tertinggi sejatinya memiliki legitimasi kuat untuk bertindak cepat. Namun langkah-langkah strategis yang diharapkan publik belum juga terlihat. Reformasi Polri yang digembar-gemborkan masih sebatas narasi. Penegakan hukum terhadap kroni penguasa belum menyentuh akar. Oligarki ekonomi dan mafia proyek masih leluasa bermain di sektor-sektor vital. Sementara, suara rakyat yang menuntut keadilan dan keberpihakan justru kian tenggelam di balik retorika stabilitas.

Kegamangan politik ini berbahaya. Sebab, dalam sejarah, kekuasaan yang takut mengambil keputusan justru mempercepat keruntuhan legitimasi. Stabilitas yang dijaga dengan kompromi berlebihan akan berubah menjadi stagnasi, dan stagnasi dalam politik berarti kemunduran bagi rakyat.

Prabowo kini dihadapkan pada pilihan tegas, tetap terperangkap dalam bayang-bayang kekuatan lama, atau melangkah berani menegakkan kepemimpinan yang otentik. Rakyat tidak membutuhkan presiden yang sibuk menjaga harmoni politik di Istana, tetapi seorang pemimpin yang berani menabrak kepentingan demi keselamatan bangsa.

Baca Juga Artikel Beritanya :  Aceh di Persimpangan Tambang: Lepas dari Mulut Buaya, Diterkam Mulut Harimau

Membiarkan ketimpangan hukum, memperpanjang kompromi dengan oligarki, dan menunda tindakan atas krisis sosial-ekonomi yang nyata hanyalah menunda ledakan ketidakpercayaan publik. Dalam demokrasi, legitimasi bukan diwariskan, melainkan diuji setiap hari oleh keberpihakan pada rakyat.

Baca Juga Artikel Beritanya :  Pentingnya MGMP bagi Guru

Bangsa ini membutuhkan presiden yang tak lagi ragu untuk bertindak di luar kebiasaan. Kebijakan normatif sudah tak cukup untuk meredam krisis yang terlanjur dalam. Dibutuhkan keputusan yang cepat, berani, dan berpihak. Sebab ketika pemimpin berhitung dengan kekuasaan, maka rakyatlah yang harus membayar tagihannya yakni dengan penderitaan.

Indonesia kini menunggu langkah bersejarah. Jika Prabowo memilih berpihak pada kepentingan rakyat, sejarah akan mencatatnya sebagai pemimpin yang mengubah arah bangsa. Namun jika terus gamang, rakyat akan terus tersandung di jalan terjal ketidakpastian, sementara istana sibuk menata kompromi politik yang tak berujung.

Editor : Ayah Mul

Berita Terkait

Ketika Hukum Bertekuk di Hadapan Kekuasaan
Kegilaan yang Menyelamatkan Bangsa
Ketika Pemerintah Salah Arah: Dari Peluang Emas Menjadi Ancaman Bangsa
Kedaulatan yang Direklamasi dan Rel Kereta yang Mengarah ke Utara
Pers Maju, Bangsa Melaju: Suara dari Kilometer Nol Indonesia
Saat Sapu Harus Menghadap ke Dalam, Ujian Sejati Bagi Kejaksaan dalam Era Anti Korupsi
Saat Sapu Harus Menghadap ke Dalam: Ujian Sejati Bagi Kejaksaan di Era Anti Korupsi
Republik yang Kehilangan Cermin
Berita ini 43 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 8 November 2025 - 20:12 WIB

Ketika Hukum Bertekuk di Hadapan Kekuasaan

Jumat, 7 November 2025 - 13:59 WIB

Kegilaan yang Menyelamatkan Bangsa

Jumat, 7 November 2025 - 13:45 WIB

Ketika Pemerintah Salah Arah: Dari Peluang Emas Menjadi Ancaman Bangsa

Jumat, 31 Oktober 2025 - 16:23 WIB

Kedaulatan yang Direklamasi dan Rel Kereta yang Mengarah ke Utara

Selasa, 28 Oktober 2025 - 15:54 WIB

Pers Maju, Bangsa Melaju: Suara dari Kilometer Nol Indonesia

Berita Terbaru

Parlementerial

DPRK Terima Dokumen Raqan APBK 2026 Dari Eksekutif

Senin, 10 Nov 2025 - 20:25 WIB