Mahasiswa USK Kembangkan Digester Biogas untuk Pengeringan Gabah di Aceh Besar

- Jurnalis

Selasa, 4 November 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Banda Aceh – Mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) melalui program pengabdian kepada Masyarakat yang dipadukan dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Gampong Luthu Lamweu, Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Aceh Besar, saat ini sedang membangun sistem digester biogas berbasis kotoran sapi sebagai sumber energi alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar pengeringan gabah maupun bahan bakar untuk pembuatan gula aren dari air nira. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Gampong Binaan (PKM–BGB) yang didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Syiah Kuala dimulai dari Juli hingga Desember 2025.

Program ini melibatkan tim dosen dari Universitas Syiah Kuala yaitu Ir. Hisbullah, S.T., M.Eng.Sc., sebagai Ketua Pelaksana serta Ir. Mahmuddin, S.T., M.T., dan Dr. Lukman Hakim, S.E., M.Sc., sebagai anggota. Turut serta dalam proses pembimbingan mahasiswa dalam KKN Tematik ini adalah Prof. Dr. Ir. Farid Mulana, S.T., M.Eng. yang juga Direktur Direktorat Kemahasiswaan dan Prestasi USK. Para dosen memberikan pendampingan akademik, arahan teknis, serta dukungan penuh terhadap mahasiswa dalam pelaksanaan program ini agar memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.

Baca Juga Artikel Beritanya :  Kisruh di MUQ Aceh Selatan Berakhir Damai, Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Sebelum program ini dijalankan, masyarakat di Gampong Luthu Lamweu masih mengandalkan sinar matahari sebagai satu-satunya metode pengeringan gabah. Proses tersebut sangat tergantung pada kondisi cuaca, sehingga saat musim hujan tiba, petani sering mengalami kesulitan mengeringkan hasil panennya. Kondisi ini berdampak pada menurunnya kualitas gabah dan meningkatnya risiko kerusakan hasil panen. Menyikapi hal tersebut, tim KKN USK berinisiatif menghadirkan sistem digester biogas yang diharapkan mampu menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan untuk mengoperasikan mesin pengering gabah,.

Pembangunan unit digester biogas ini dilakukan secara bertahap, dimulai dari proses perancangan, penggalian, pemasangan pipa, hingga instalasi tangki reaktor. Saat ini, tim telah menyelesaikan seluruh tahap konstruksi pada unit digestere dan sedang melakukan pengisian bahan baku berupa kotoran sapi secara berkala untuk mendukung proses fermentasi anaerob. Gas metana yang dihasilkan dari proses ini nantinya akan dimanfaatkan sebagai sumber panas bagi mesin pengering gabah warga. Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh solusi energi yang efisien, ekonomis, dan berkelanjutan untuk mendukung kegiatan pertanian mereka.

Selain pembangunan fisik, tim KKN juga merencanakan program pelatihan dan penyuluhan kepada masyarakat setempat terkait cara pengoperasian, pemeliharaan, serta pemanfaatan gas biometana yang dihasilkan. Melalui kegiatan ini, diharapkan warga dapat memahami dan mengelola teknologi tersebut secara mandiri, sehingga sistem ini dapat berfungsi berkelanjutan bahkan setelah program KKN berakhir.

Ir. Hisbullah, S.T., M.Eng.Sc., selaku Ketua Pelaksana kegiatan, menyampaikan bahwa program ini merupakan wujud nyata kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dalam pengembangan teknologi energi terbarukan. “Melalui penerapan digester biogas ini, mahasiswa tidak hanya mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di kampus, tetapi juga memberikan solusi nyata untuk kebutuhan energi pedesaan yang ramah lingkungan,” ujarnya.

Baca Juga Artikel Beritanya :  Kapolri Tekankan Jaga Persatuan-Kesatuan saat Silaturahmi ke Ponpes An-Nur Malang

Ir. Hisbullah, S.T., M.Eng.Sc., yang juga sebagai dosen pembimbing lapangan bagi puluhan mahasiswa KKN Tematik ini, menambahkan bahwa teknologi biogas ini sangat relevan dengan kondisi masyarakat pedesaan yang memiliki potensi limbah ternak melimpah. “Dengan pemanfaatan kotoran sapi sebagai bahan baku, kita tidak hanya membantu petani mengatasi kendala pengeringan gabah, tetapi juga mengurangi dampak lingkungan dari limbah organik,” jelasnya.

Baca Juga Artikel Beritanya :  SAPA Kritik Harga Semen Andalas di Aceh Lebih Mahal dari Sumut

Program ini menjadi bukti komitmen Universitas Syiah Kuala dalam memperkuat peran perguruan tinggi sebagai agen perubahan di masyarakat. Melalui sinergi antara dosen, mahasiswa, dan masyarakat, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi model penerapan teknologi energi alternatif berbasis sumber daya lokal yang berkelanjutan di wilayah Aceh Besar dan sekitarnya.(**)

Editor : Ayah Mul

Berita Terkait

KPT Banda Aceh Lantik Muhammad Alqudri sebagai Ketua PN Suka Makmue
Milad GAM ke-49 Bireuen: Doa Bersama, Zikir, dan Kenduri Pererat Silaturahmi Eks Kombatan
Pertemuan Ulama Aceh dan Brunei Bahas Pengembangan Syariat Islam dan Dakwah Nusantara
Jalan Lintas Subulussalam–Aceh Selatan Tergenang Air di Danau Tras, Arus Lalu Lintas Masih Aman Dilalui
Tragis di Jalur Medan–Banda Aceh: Bocah 6 Tahun Tewas Usai Motor Diseruduk Truk di Aceh Utara
MoU Helsinki Aceh: Laskar Panglima Nanggroe Ingatkan Presiden Prabowo
Proyek Tol Aceh Masuk PSN 2025-2029, Sigli–Banda Aceh Hampir Rampung
BSU 2025 Rp600.000 Hanya Cair Juni-Juli
Berita ini 10 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 10 November 2025 - 20:08 WIB

KPT Banda Aceh Lantik Muhammad Alqudri sebagai Ketua PN Suka Makmue

Senin, 10 November 2025 - 13:59 WIB

Pertemuan Ulama Aceh dan Brunei Bahas Pengembangan Syariat Islam dan Dakwah Nusantara

Senin, 10 November 2025 - 13:33 WIB

Jalan Lintas Subulussalam–Aceh Selatan Tergenang Air di Danau Tras, Arus Lalu Lintas Masih Aman Dilalui

Senin, 10 November 2025 - 12:24 WIB

Tragis di Jalur Medan–Banda Aceh: Bocah 6 Tahun Tewas Usai Motor Diseruduk Truk di Aceh Utara

Senin, 10 November 2025 - 09:54 WIB

MoU Helsinki Aceh: Laskar Panglima Nanggroe Ingatkan Presiden Prabowo

Berita Terbaru

Parlementerial

DPRK Terima Dokumen Raqan APBK 2026 Dari Eksekutif

Senin, 10 Nov 2025 - 20:25 WIB