FANEWS – Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) 2024 kembali digelar pada tahun ini di The Kasablanka Hall, Jakarta Selatan, pada Sabtu (30/11/2024). Acara ini digelar oleh Foreign Policy Community (FPCI), sebuah komunitas kebijakan luar negeri di Indonesia yang sudah eksis selama satu dekade.
CIFP tahun ini mengusung tema besar bertajuk “Can Middle Powers Calm the Storm and Fix the World?”. Ketua sekaligus pendiri FPCI, Dino Patti Djalal, menyebut tema ini penting untuk diangkat di tengah kondisi dunia yang semakin dinamis.
“Ini (tema) relevan karena seiring meningkatnya persaingan geopolitik, ketegangan meningkat, dan menciptakan hubungan yang stagnan dalam sistem dunia. Middle power memiliki lebih banyak kebebasan untuk menciptakan dan membentuk tatanan regional dan dunia,” ucap Dino.
Dino juga menjelaskan apa yang dimaksud dengan konsep middle power yang dibawakan dalam tema besar CIFP 2024. “Middle power itu adalah (negara dengan) kekuatan menengah, dan kekuatan penengah juga,” jelasnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Australia periode 1988-1996, Gareth Evans, menjelaskan bahwa middle power cenderung menggunakan strategi diplomasi yang kooperatif dan membangun koalisi.
“Motivasi diplomasi middle power adalah keyakinan yang sangat kuat terhadap keberadaan dan perlunya pendekatan kooperatif dalam pemecahan masalah,” ujar Evans dalam salah satu sesi panel diskusi yang digelar di CIFP 2024.
Untuk dapat menjadi middle power yang baik, Evans menekankan pentingnya menjaga semangat optimisme. “Hal terakhir yang ingin saya sampaikan, khususnya kepada para hadirin, para pemuda yang sedang menatap masa depan, tetaplah optimis, betapapun suramnya keadaan,” ucapnya.
Hal ini senada dengan semangat FPCI untuk membumikan politik luar negeri ke lapisan masyarakat yang paling mendasar, khususnya kepada mereka yang menjadi bagian dari generasi muda.
“Keberhasilan FPCI tidak diukur melalui seberapa besar organisasi atau program yang telah kita buat. Tolok ukur FPCI yang sebenarnya berangkat dari kemampuan kita untuk meledakkan kecintaan generasi muda di seluruh Indonesia terhadap politik luar negeri,” kata Dino.
Dengan meningkatkan pemahaman politik luar negeri di kalangan generasi muda, Dino berharap FPCI dapat berkontribusi dalam membangun Indonesia untuk menjadi ‘a pivotal middle power with dynamic alignments’.
“Kekuatan pivotal yang dapat memberikan kepemimpinan yang berdampak, kenegarawanan, memobilisasi pihak lain untuk kebaikan bersama, memperkuat tatanan regional, dan memajukan agenda global,” ujar Dino..(red/tirto)